Puisi || Perkamen yang Lupa Dibacakan dan Puisi Lainnya

 

                                    Sumber gambar: https://es.pngtree.com

                        

                                                    Oleh: Stefanus D. Muda


Perkamen yang Lupa Dibacakan

 

tentang kumpulan perkamen itu, ada sebuah ruang yang hampa tak bertuan

anak-anak berlari ke sana ke mari tiada tara berbanding dengan bermain petak umpet

menginjak sisa-sisa perkamen tua tak berurutan itu

konon katanya seorang ibu setengah tua melilit rindu dengan mencoret-coret

kulit binatang dan kayu. Tak ada rupa yang pernah dikiranya

hanya embun yang menempel di bulu matanya dengan riuh bening

sekian dalam terpaan pilu, itu semua tersusun apik dan ditaruh di ruangan tua

penuh pecahan-pecahan kerinduan untuk dibuka dan dibaca setiap akhir pekan

dalam perjalanan tahun, tuan bertuan menyisir rapi dada mereka

tanpa menghiraukan waktu untuk merapikan ingatan dengan kata-kata tua lusuh

untuk meringankan hidup dan membuka cara melihat, mengetahui masa mendatang

kini kumpulan perkamen tua itu hanya dibaca rayap dan ruangan kosong tanpa nama.

 

Unit Agustinus, 2023

 

 

Suara Dahan Patah

 

pohon beringin tumbuh subr, daunnya lebar dan lebat di halaman rumah

rimbun menutup rindu, anak-anak beranjak mengoyak hari

melempari burung-burung yang sedang mencintai alam dengan kicauan yang bervariasi

melengking, bahkan hampir menuju sempurna

anak-anak tertawa lepas tak beban. Sunyi lalu membagi.

angin kenang sore itu tanpa permisi mengecup dan meluruh setiap daun.

daun-daun melambai penuhi halaman rumah. Berserakan.

anak-anak pungut dengan kecewa

dahan-dahan melempar sunyi dengan kuat tenaga

anak-anak berlarian ke segalah arah. Pisah.

suara dahan patang mengiang dalam kuping mereka. Anak-anak tidak kuat menahan rasa.

mata mereka berkaca bening. Mereka tak sungkan mencatat rindu itu setiap kali

mereka menjaring kata dan rasa di bawah teduhnya pohon beringin.

 

Unit Agustinus, 2023

 

Menebar Jala

 

tangan kanannya mengapiti buku kumpulan kitab tua

tangan kiriya menggenggam salib

semenjak itu ia mencicip rindu yang terus berlabuh dalam dirinya

katanya cinta akan mati di setiap jiwa yang haus akan keselamatan

tubuhnya berembun membalut ingatan tentang dari mana sabda itu menggetarkan

jiwa orang-orang yang ringkih, lusuh, miskin dan terlantar

kepalanya terurai rapi menyusun tanya jawab yang sederhana

untuk menyederhanakan jarak antara jiwa orang-orang itu dengan tuhan

jalanya hampir koyak menjaring jiwa-jiwa yang haus dan amburadul

kini saat rindu bertengger dalam bola matanya

dan tiba saat itu ditemukan raga dengan kaku da jiwa tersenyum melayang

menuju tempat kediaman yang tak berkesudahan

 

Unit Agustinus, 2023

 

Posting Komentar

0 Komentar